Rabu, 25 November 2015

24 Adab dan Sebab Terkabulnya Daaa

Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang
muslim itu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan suatu doa yang
tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi di dalamnya, melainkan
Allah subhanahu wa ta’ala memberikannya salah satu dari tiga
kemungkinan. Yaitu Dia segera mengabulkan doanya, atau Dia akan
menyimpan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan menghindarkan darinya
keburukan dan yang semisalnya.” Maka para Sahabat berkata : “Jika
demikian, kita akan memperbanyaknya (doa).” Kemudian  Rasullulah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah subhanahu wa ta’ala lebih
banyak (memberikan pahala karenanya).

[HR. Ahmad (III/18),
al-Bukhari dalam kitab : al-Adabul Mufrad No. 710, al-Hakim (I/493) dari
Abu Sa’id al-Khudri dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih
al-Adabil Mufrad (No. 547)]24 Adab dan Sebab Terkabulnya Do'a

Secara
umum makna dari hadist diatas adalah Allah subhanahu wa ta’ala bisa
jadi akan langsung mengabulkan doa yang dipanjatkan seorang hamba, atau
Allah subhanahu wa ta’ala akan menyimpan doa tersebut sebagai sebuah
kebaikan bagi hamba itu kelak di akhirat, ataupun Allah subhanahu wa
ta’ala menjadikan doa seorang hamba sebagai penghindar seorang hamba
dari suatu keburukan/bencana yang akan menimpanya. Maka maknailah hal
tersebut dengan selalu berprasangka baik kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. Jangan pernah mengeluh dengan ketentuan yang telah Allah
subhanahu wa ta’ala tetapkan karena pasti ada hikmah besar dibalik itu
semua yang mungkin saja tidak kita ketahui.

Berikut ini adalah
beberapa adab dan faktor penyebab dikabulkannya doa berdasarkan nukilan
dari kitab “Kumpulan Do’a dari Al-Qur’an dan as Sunnah yang Shahih”
karya al- Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullahu ta’ala :

  1. Ikhlas berdoa hanya karena Allah semata (Lihat Q.S Al-Mu’min ayat 14 dan Al Bayyinah ayat 5).
  2. Mengawali
    doa dengan pujian dan sanjungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
    kemudian diikuti bacaan shalawat kepada Rasullulah shallallahu ‘alaihi
    wa sallam, kemudian akhiri doa dengan cara yang sama.
  3. Bersungguh-sungguh
    dalam berdoa, serta yakin bahwa setiap permohonan yang dipanjatkan
    pasti akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
  4. Mendesak dengan penuh tawadhu (kerendahan hati) saat berdoa, dan tidak terburu-buru dalam memohonkannya.
  5. Menghadirkan hati didalam setiap doa.
  6. Berdoa baik pada saat senang (keadaan lapang), maupun ketika dirundung kesedihan (musibah).
  7. Tidak boleh berdoa dan memohon sesuatu kecuali HANYA kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
  8. Tidak mendoakan suatu keburukan bagi keluarga, harta, anak dan diri sendiri.
  9. Merendahkan suara ketika berdoa, yaitu antara samar-samar dan keras (Lihat HR. Bukhari No. 6384 dan Muslim No. 2704).
  10. Mengakui
    dosa yang telah diperbuat kemudian memohon ampunan atasnya, serta
    mengakui segala nikmat yang telah kita terima, dan bersyukur atas nikmat
    tersebut.
  11. Tidak perlu membebani diri dengan membuat sajak dalam berdoa (Lihat doa-doa yang terdapat dalam Al-Quran dan as-Sunnah).
  12. Tadharru
    (merendahkan diri), khusyu, raghbah (berharap untuk dikabulkan), dan
    rahbah (rasa takut tidak dikabulkan) sebagaimana yang terdapat pada Q.S
    Al-Anbiyaa ayat 90.
  13. Mengembalikan hak orang lain yang pernah didzalimi disertai dengan taubat.
  14. Memanjatkan doa tiga kali.
  15. Menghadap kiblat.
  16. Berdoa dengan mengangkat kedua tangan.
  17. Jika
    memungkinkan hendaklah berwudhu sebelum berdoa kepada Allah subhanahu
    wa ta’ala (Lihat Shahih al-Adzkar wa Dha’ifuhu halaman 960-962).
  18. Tidak berlebih-lebihan dalam berdoa (memohon sesuatu yang menyalahi kodrat sebagai seorang hamba).
  19. Bertawassul kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan Asmaul Husna dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.
  20. Setiap makanan dan minuman serta pakaian yang digunakan harus berasal dari harta yang halal.
  21. Tidak berdoa untuk segala macam kemaksiatan.
  22. Tidak berdoa untuk memutus silaturahmi.
  23. Harus
    disertai dengan menegakan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu dengan cara
    menyuruh kepada suatu kebaikan serta mencegah dari suatu kemungkaran.
  24. Disunnahkan
    memulai doa dengan mendoakan diri sendiri, baru kemudian mendoakan
    orang lain (Lihat Syaruh Nawawi lish Shahih Muslim XV/144, Tuhfatul
    Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi IX/328 dan al Bukhari yang disertai
    kitab Fathul Bari I/28).
wallahu ‘alam bishawab.

sumber:berdakwah.blog.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar